Ada siswa (sebut saja si A) menemui saya, menanyakan nilai raport TIK yang
pas KKM. Dengan senang hati saya perlihatkan sejarah nilai. Semua nilai tugas,
ulangan harian, UTS, dan UAS tertera di layar monitor. Si A mengakui nilai yang
tercetak di raport sudah sesuai dengan hasil yang dia kerjakan. Tetapi si A
masih merasa bisa praktik desain grafis. Sudah biasa gunakan aplikasi edit
foto. Saya jelaskan kembali bahwa dalam raport ada nilai kognitif, psikomotorik
dan afektif. Nilai psikomotorik si A sudah tinggi, jauh di atas KKM. Ternyata
si A masih berharap bisa menaikkan nilai kognitif. Si A minta tugas untuk
nambah nilai. Alasannya agar nilai dari sekolah tinggi karena salah satu
kriteria kelulusan dari nilai raport. Selain itu si A berencana mendaftar kuliah
dijurusan Informatika. Saya tetap tidak memberi tugas tambahan untuk menaikkan
nilai kognitifnya. Si A pergi dari ruang komputer dengan wajah sedih.
Beginilah jika siswa sekarang berorientasi nilai.
Dari permintaan siswa mengganti nilai kognitif, yang saya ceritakan
sebelumnya, lucu saja ketika anak mendapat nilai TIK pas KKM langsung protes.
Nilai pelajaran lain dapat nilai yang sama, tidak masalah. Apakah TIK dianggap
mudah, gampang, sudah biasa menggunakan komputer dan internet lalu dianggap
bisa pelajaran TIK dan harus dapat nilai tinggi? Pemahaman yang keliru bahwa
pelajatan TIK pasti mendapat nilai tinggi karena siswa sekarang sangat mahir
menggunakan komputer, laptop, dan gadget lainnya. Siswa lebih pintar dari guru. Ingat, TIK ada silabus, SK, KD. Jadi siswa yang rajin main game online,
facebook, twitter dan sebagainya belum tentu nilai TIK tinggi. Kurikulum 2013 telah menghapuskan pelajaran TIK. Memang siswa sudah biasa menggunakan perangkat IT dan internet, tetapi tidak semua siswa bisa mengetahui pemanfaatan TIK dengan baik. Contoh sederhananya, siswa rajin menggunakan facebook dan twitter tetapi begitu ditanya cara membuat email, apa itu CC/BCC mereka masih bingung. Ketahuan ternyata email dan facebook di buatkan teman. Hahaha....
Dengan aturan tentang kelulusan sekolah, siswa jadi berorientasi pada hasil
akhir yang tertera diraport. Tidak jarang guru pun mengatrol nilai agar melebihi
batas KKM. Demi reputasi dan prestasi yang akan didapat sekolah jika nanti
nilai siswanya tinggi.
Raport pun bisa dicetak ulang. Inilah salah satu kelemahan pemanfaatan IT
untuk raport. Jaman dulu ketika raport masih tulis manual, tidak ada cerita
ganti nilai.
Semoga siswa yang minta tugas untuk menaikan nilai kognitif, bisa lebih
menghargai proses belajar mengajar. Tidak hanya mengejar nilai tinggi. Mendapat
nilai tinggi TIK juga tidak jaminan bisa sukses kuliah di Jurusan Informatika.
Teruslah belajar
0 comments:
Post a Comment