Salah satu buku kesayangan saya basah karena ketumpaham air oleh
anak-anak ketika bermain. Saya segera mengeringkan buku tersebut di
tempat panas. Hasilnya lembaran-lembaran kertas halaman depan menjadi
melengkung, dan cover terkelupas sedikit. Menangis pun tak ada gunanya.
Semua telah terjadi…
Inilah akibat tidak rajin merawat buku!
Saya belum selesai membaca buku tersebut, saya letakkan saja di atas
meja di kamar tidur. Ketika ada waktu membaca, saya mudah mengambil
buku, begitu pikir saya. Buku belum disampul plastik, saat terkena air
otomatis basah di bagian cover dan beberapa lembar halaman depan. Yang
membuat sedih, dihalaman pertama ada tanda tangan dan tulisan dan
penulis buku tersebut. Hiks…
Ketika membeli buku, ritual yang biasa lakukan adalah member sampul
plastik, lalu di halaman pertama saya paraf dan beri tanggal / bulan /
tahun membelinya serta di bagian cover / halaman belakang, saya beri
tanda tangan. Tetapi tahun 2014 ini belum ada satu buku pun yang saya
sampul, padahal sudah ada belasan buku yang saya beli, termasuk buku
untuk bacaan anak-anak.
Okelah, buang jauh-jauh malas
itu dan segera beli plastik dan sampul semua buku. Tidak sembarangan
meletakkan buku, selesai membaca kembalikan ke rak buku. Merawat buku
bukanlah hal yang sulit, yang penting rajin untuk melakukannya. Ini tips
cara merawat buku :
1) Disampul plastik tebal, jika kena air buku tidak basah.
2) Tidak dilipat, gunakan pembatas buku.
3) Disusun berdiri dalam rak, bukan ditumpuk agar lembaran-lembaran buku tidak lembab.
4) Tidak dicoret, ini salah satu kebiasaan jelek saya adalah
memberi stabilo untuk kalimat penting. Tujuannya agar mudah dicari
ketika membaca ulang, tetapi sekarang tidak lagi hehehe…
5) Tidak langsung kena sinar matahari, karena bisa merusak buku.
6) Jika ada buku yang kena rayap, segera pisahkan.
7) Setelah dibaca, simpan buku dengan rapi dirak buku atau satu
tempat lainnya, tidak sembarangan asal letak buku berserakan diberbagai
tempat
8) Memberi ruang antar buku untuk sirkulasi udara, dengan sering memindahkan posisi buku secara berkala.
Semoga tips di atas bermanfaat, sehingga tidak mengalami hal tidak
buruk seperti saya yang telah menelantarkan buku karena malas merawat
buku.
Mari rajin merawat buku
Wednesday, March 12, 2014
Rajin Merawat Buku
Hasil Menonton Televisi
Sore ini saya membawa anak-anak bermain di mall. Semua anak
bermain dengan riang gembira, bergantian menggunakan mainan yang ada.
Suasana berubah ketika datang seorang anak berbaju hijau bergambar power
ranger. Sebut saja namanya Bagus. Dua anak menangis karena ditolak,
ditabrak dan mainannya dirampas oleh Bagus.
Orang tua Bagus meminta maaf karena perbuatan buruk anaknya kepada
orang tua anak yang dibuat nangis oleh Bagus. Bagus pun keluar dari
lokasi permainan. Orang tua Bagus mengalihkan perhatian dengan memberi
gadget ke Bagus. Ternyata Bagus menonton video power ranger, dan orang
tua membanggakan kehebatan anaknya berhasil menyelesaikan game power
ranger, menumpas kejahatan, membunuh para monster yang jahat.
Pantas saja ketika bermain bersama, Bagus menirukan “kehebatan” power ranger. Hehehe….
Selain film power ranger, banyak film yang judulnya diperuntukan bagi
anak-anak tetapi tidak layak ditonton anak-anak. Contohnya film kartun
yang sering ditayangkan ditelevisi. Yaitu film yang dimainkan oleh
kucing dan tikus. Filmnya memang kartun, untuk anak-anak tetapi pesan
yang disampaikan dari film tersebut tidak baik. Kucing dan tikus yang
sering berkelahi. Mencoba berbagai cara agar lawan celaka. Hal buruk
tersebut bisa dengan mudah ditiru anak-anak.
Jika acara televisi tidak ada yang pantas ditonton anak, lebih baik
dimatikan, begitu yang saya lakukan. Televisi bisa digunakan untuk
kebaikan dan keburukan. Tayangan televisi yang baik dapat membawa
pengaruh yang baik bagi anak-anak, seperti menambah pengetahuan mereka.
Namun, jika tayangannya buruk, nantinya bisa merusak karakter mereka.
Oleh karena itu, sebaiknya orang tua ikut mendampingi anak ketika
menonton, menjelaskan tentang manfaat acara televisi yang sedang
ditonton. Sehingga anak bisa mengerti apa saja yang layak mereka tonton.
Dulu tayangan televisi mengklasifikasi tayangan berdasarkan tingkat
umur seperti Kode A untuk anak yang berumur dibawah 12 tahun, Kode R
bagi remaja rentang umur 12-18 tahun, kode D untuk penonton dewasa atau
diatas 18 tahun dan kode SU untuk semua umur. Tetapi, saat ini tidak
semua televisi memberikan kode tersebut. Sebenarnya kode itulah yang
dapat membantu orang tua dalam memilih tayangan yang pas bagi
anak-anaknya.
Apa yang ditonton anak, akan mempengaruhi karakter, sikap keseharian anak.
Semoga bermanfaat
Verifikasi Data
Rekapitulasi data secara berkas sudah disiapkan jauh-jauh hari. Pengumpulan data yang diperlukan antara lain, fotocopy raport semester 3-5 dan fotocopy ijasah SMP serta biodata siswa.
Selanjutnya data tersebut diinput diaplikasi yang telah disediakan dinas pendidikan. Biasanya berupa file perangkat lunak pengolah angka. Sebelum diserahkan ke dinas, data yang sudah diinput lalu dicetak dan diperlihatkan kepada masing-masing siswa untuk memeriksa datanya.
Dari file tadi dikumpulkan ke dinas pendidikan yang nantinya dipergunakan untuk kartu peserta ujian sampai ijasah SMA.
Namanya saja manusia, pasti ada salah. Begitu pula untuj pengetikan data. Misalnya pada field nama, terketik Fadli seharusnya Fadil, atau kasus nama Muhammad. Nama yang biasa dipakai untuk awalan nama siswa laki-laki. Tetapi penulisannya tidak mesti seperti diatas, ada orang tua yang memberikan nama anaknya Mohammad / Muhamad / Muchammad. Jika tidak teliti bisa salah input. Selain itu ada juga kekeliruan di field tanggal lahir. Untuk bulan ke sebelas di kalender Masehi, adalah noVember tetapi bisa saja terketik noPember, hehe…
Perlu ketelitian, kehati-hatian, kondisi tenang, lingkungan mendukung untuk input data dengan setumpuk berkas. Apalagi waktu pengerjaan yang singkat. Pikiran yang kalut ingin segera menyelesaikan kerjaan bisa memudarkan konsentrasi.
Apapun hasil data yang telah diinputkan, verifikasi data sangat penting untuk mencocokan data yang ada dengan data yang sebenarnya.