Wednesday, October 29, 2008

Pelatihan Studi Interkoneksi Jardiknas

Tanggal 28 Oktober 2008 kemarin, saya beserta 2 siswa mengikuti Pelatihan Studi Interkoneksi Jardiknas di SMK Negeri 6 Pontianak sebagai pusat ICT Kota Pontianak. Pelatihan ini diikuti guru dan siswa SMA/SMK Kota Pontianak serta pegawai Dinas Pendidikan Kota Pontianak.

Pada hari sebelumnya (27 Oktober 2008) telah dilakukan pelatihan bagi admin di setiap sekolah dan dinas pendidikan.
Roles domain yang diberikan adalah :
Diknas : kota.jardiknas.net.id
Sekolah : sekolah.kota.jardiknas.net.id
Ada empat konsep yang diberikan dalam interkoneksi jardiknas yaitu : register, login, write dan logout.
Aplikasi yang diberikan hanya untuk single identity number, dimana setiap siswa atau guru hanya ada satu account user. Aplikasi webserver yang dapat dimanfaatkan :
1. e-mail (Zimbra Mail)
2. Blog (Wordpress)
3. Forum (SMF menggunakan OS : Centos5 *versi gratis redhat)
4. Portal (Joomla)
5. IRC
Dengan adanya interkoneksi jardiknas ini, diharapkan terjalin komunikasi yang lancar, efektif dan efisien antara tenaga kependidikan, guru, siswa, pegawai diknas.

Monday, September 22, 2008

Tutor Sebaya

Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.

Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar.

Akhir-akhir ini makin banyak perhatian terhadap pengajaran tutor sebaya yang pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan dari dan kepada siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal.

Pengajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat sehingga guru atau tenaga pengajar tak dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering tidak mengenal para pelajar seorang demi seorang. Selain itu para pendidik mengetahui bahwa para siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar. Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu memberi kesempatan bagi pengajaran tutor sebaya.

Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya, anak-anak diajar untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.

Jadi, kita dapat menugaskan siswa pandai untuk memberikan penjelasan kepada siswa kurang pandai (tutor sebaya). Demikian juga, anjurkan siswa kurang pandai untuk bertanya kepada atau meminta penjelasan dari siswa pandai terlebih dahulu sebelum kepada gurunya. Hal ini untuk menanamkan kesan bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, tidak selalu dari guru yang akibatnya tergantung kepada guru.

Tutor dikatakan berhasil jika dapat menjelaskan dan yang dijelaskan dapat membuktikan bahwa dia telah mengerti atau memahami dengan cara hasil pekerjaannya.


Sunday, September 7, 2008

What You Think Is What You Get

Persoalan sepele yang terkadang tanpa kita sadari sering dipraktekkan dalam menjalani hidup. Yup! Apa yang ada dalam pikiran kita, secara tidak langsung akan mempengaruhi kenyataan. *Doh, ngomong apa sih. Bingung gimana pembukaan tulisan ini*
Sebenarnya apa yang kita pikirkan suatu saat keinginan tersebut akan ada dalam genggaman. Tinggal masalah waktu, kapan hal itu akan terjadi.
Yang akan saya bahas adalah, kenapa kita lebih sering memikirkan APA YANG TIDAK KITA INGINKAN?!? Lalu kita baru merasa heran mengapa hal yang tidak kita inginkan selalu terjadi. Misalnya kita selalu memikirkan/merenungkan masalah yang menimpa kita akibatnya kita akan mendapatkan lebih banyak lagi hal2 yang menyusahkan kita. Jika kita melihat sesuatu yang tidak kita inginkan, sebenarnya kita bukan menjauhkan diri dari hal tersebut tetapi sebaliknya kita sedang mengaktifkan setiap pemikiran tentang hal yang tidak kita inginkan.


Untuk itu *sebaiknya* janganlah memikirkan apa yang tidak kita inginkan tetapi fokuslah pada apa yang kita inginkan maka hal yang kita inginkan akan semakin cepat terjadi. Misalnya kita memikirkan suatu hal berulang2 atau membayangkan terus menerus dalam pikiran, maka kita telah memancarkan aura positif dari pikiran yang suatu saat akan terwujud.
Contoh kasus sederhana seperti ini, kita selalu mengeluh sakit maka kita akan merasakan sakit bukan sehat. Betul? Jadi semua yang terjadi pada diri kita bisa saja itu akibat dari pikiran yang *secara sadar/tidak* telah kita ciptakan. Pikiran positif jauh lebih hebat ribuan kali dari pikiran negatif.
Emosi membimbing perasaan dan perasaan dapat menentukan pikiran.
Mulailah hari yang baik dan kita dalam suasana perasaan yang gembira, sehingga banyak situasi, kondisi, orang2 sekitar yang mempertahankan perasaan gembira tadi.
Hal apa yang kita perhatikan dengan pikiran dan perasaan adalah hal yang kita “tarik” ke diri kita, tidak peduli apakah kita inginkan atau tidak.
Apapun keadaan kita saat ini, itu adalah sisa hasil dari pikiran dan tindakan kita di masa lalu. Jadi sangat penting, apa yang kita inginkan, apa yang kita rasakan dan apa yang kita pikirkan karena semua itu akan terwujud.
Mari fokus ke hal2 yang kita inginkan maka hal yang tidak kita inginkan akan menjauh. Dan bagian yang diinginkan semakin berkembang sehingga bagian yang tidak diinginkan akan menghilang.
Wallahu’alam


Friday, September 5, 2008

Remaja dan Permasalahannya (part 2)

Bagi yang belum membaca part 1 dari tulisan ini, silahkan mampir ke sini.
Kali ini saya akan memfokuskan pada peranan keluarga bagi remaja. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan bersifat fundamental. Disitulah remaja dibesarkan, memperoleh penemuan2, belajar dan berkembang. Bermodalkan pengalaman2 yang diperolehnya dalam keluarga inilah bergantung kelangsungan hidupnya.
Jika kita menelaah peranan keluarga, maka dapatlah dikatakan sebagai berikut :


a. keluarga sebagai pusat pendidikan
Disini orang tua berperan dalampembentukan kepribadian remaja karena orang tua mendidik, mengasuh dan membimbing remajanya untuk hidup di dalam masyarakat.
b. keluarga sebagai pusat agama
Dengan kesadaran beragama yang diperoleh remaja2 dan bimbingan orang tua, remaja mengenal agama maka membuat remaja untuk berbuat soleh dalam kehidupan.
c. keluarga sebagai pusat ketenangan hidup
Dalam mempertahankan hidupnya sering orang mengalami gangguan pikiran, menemui frustasi dan untuk mendapatkan kekuatannya kembali maka keluarga pangkalan yang paling vital.

Berikut ini beberapa tipe atau gaya remaja dalam mengekspresikan dirinya :
a. si preman
Remaja yang kalau berbicara seperti remaja yang “kasar” dan “terlalu terus terang” ditambah dengan mimik wajah seorang pemrotes. Memang agak sukar mengubah kebiasaannya, tetapi orang tua terus mengingatkan bahwa cara bicaranya bisa disalahartikan orang lain. Tentunya orang tua tentunya terus memotivasi remaja untuk bicara “lebih manis”.
b. si pendiam
Ada remaja yang pendiam, tidak pernah mengeluh atau protes dalam menghadapi situasi apapun. Remaja ini cenderung pasif dan diam dalam kesehariannya.
Orang tua harus peka sehingga bisa menangkap kegalauan anaknya hanya dengan tanda2 yang kecil dan hampir tidak tampak.
c. si kreatif
Cara berpikirnya sedikit berbeda, dan orang lain cenderung melihatnya sebagai remaja yang ”melanggar” kebiasaan, suka bereksperimen dan antusias pada hal yang tidak biasa. Terkadang muncul dalam gaya bahasanya yang berandai-andai.
d. si cerewet
Remaja yang sangat memperhatikan hal2 kecil, apa saja dan perhatiannya sangat cepat teralih dari apa yang dilihat, didengar atau dipikirkan dan tanpa piker panjang ia mengatakannya.
e. si pengeluh
Remaja ini selalu mengeluh, mengomel dan menyampaikan sesuatu dengan emosi yang tinggi. Hidup ini baginya serba sukar, serba penuh hambatan dan hampir semua orang tidak bisa benar2 memuaskan hatinya.
f. si plin-plan dan si jail
Ada remaja yang terlalu memperhatikan reaksi orang lain. Ia bertindak bukan karena dirinya tetapi untuk melihat reaksi menyenangkan atau membuat kesal orang lain.
Si plin-plan selalu berusaha menyenangkan orang lain. Biasanya merasa kurang percaya diri dan berusaha untuk menyenangkan orang lain adalah motivasi terbesarnya.
Sebaliknya si jail ia bisa “tega” membiarkan orang lain dalam keadaan “tidak nyaman” bahkan ia akan menertawakannya. Bagi anak ini, mengamati bagaimana orang lain bereaksi sebgai akibat tingkah lakunya adalah hal yang menarik dan menadimotif utama dari segala tindakannya.
g. si penakut
Remaja ini sukar sekali untuk dapat bergabung dengan teman2 seusianya. Berbeda dengan remaja yang pasif, remaja ini selalu berada dalam kecemasan dan ketakutan yang terpancar dari ekspresinya.
Orang tua harus menerima dirinya yang “pemalu” dan tidak memaksakan untuk “menonjolkan diri” sudah merupakan langkah yang sangat berarti baginya untuk memupuk rasa percaya dirinya.

Setelah mengetahui bagaimana tipe remaja dalam mengekspersikan dirinya, orang tua sebaiknya mempersiapkan diri untuk mengenal lebih jauh dalam membimbing anaknya saat masa remaja.
Pertama, kenali mereka lebih dekat yaitu informasi mengenai remaja dan perubahan2 yang terjadi di dalam dirinya.
Kedua, kenali perubahan fisik pada remaja dan dampaknya terhadap diri anak.
Ketiga, kenali perubahan emosi remaja dan caranya mencari perhatian orang tua serta reaksi emosinya dalam menghadapi masalah.
Keempat, menciptakan hubungan komunikasi yang hangat, membentuk kebiasaan2 yang positif, memberlakukan aturan dalam keluarga, menyikapi “kesalahan” anak, “mengambil hati” anak dan “mencuri perhatian” anak.
Kelima, kenali perubahan lingkungan misalnya peran gender serta rasa keadilan antara pria dan wanita; teman dan permasalahannya; naksir, ditaksir dan pacaran.
Keenam, masalah2 seksualitas, kelainan seksual dan pengaruh buruk yagn ada di masyarakat.
Tidak hanya remaja yang belajar menghadapi kehidupananya yang “baru” tetapi orang tua juga perlu banyak belajar menghadapi perubahan2 dan menemukan cara terbaik untuk menghadapinya.


Tuesday, September 2, 2008

Remaja dan Permasalahannya (part 1)

Berbicara mengenai masalah remaja tidak akan habis2nya, namun saya hanya menyumbangkan sebagian kecil pemikiran masalah kenakalan remaja yang mungkin saja berguna untuk menambah pengetahuan para pembaca.

Saat ini generasi muda khususnya remaja, telah digembleng berbagai disiplin ilmu. Hal itu tak lain adalah persiapan mengemban tugas pembangungan pada masa yang akan datang, masa penyerahan tanggung jawab dari generasi tua ke generasi muda. Sudah banyak generasi muda yang menyadari peranan dan tanggung jawabnya terhadap negara di masa yang akan datang. Tetapi, dibalik semua itu ada sebagian generasi muda yang kurang menyadari tanggung jawabnya sebagai generasi penerus bangsa.


Disatu pihak remaja berusaha berlomba2 dan bersaing dalam menimba ilmu, tetapi dilain pihak remaja berusaha menghancurkan nilai2 moralnya sebagai manusia. Hal ini sangat memprihatinkan bagi kita semua. Memang tingkah laku mereka hanyalah merupakan masalah kenakalan remaja, tetapu lama-kelamaan menuju suatu tindakan kriminalitas yang sangat meresahkan.

Pada umunya kenakalan remaja ini dilakukan oleh anak yang berumur antara 15-18 tahun. Masa remaja merupakan masa dimana sedang beralihnya masa anak2 menuju masa kedewasaan. Pada masa ini jiwa mereka masih labil dan mereka tidak memiliki pegangan yang pasti. Mereka berbuat sesuai dengan pikiran dan nalar, perbuatan itu mereka lakukan dalam mencari jati diri mereka sebenarnya.

Kenakalan remaja itu harus diatasi, dicegah dan dikendalikan sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi tindak kriminal yang lebih besar yang dapat merugikan dirinya sendiri, lingkungan masyarakat dan masa depan bangsa.

Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia punya masalahnya sendiri2, termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama; ketika masih anak2, seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang2 dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah. Kedua; karena remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak bantuan dari orang dewasa.

Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan2 sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan2 ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern.

Arus perubahan kehidupan yang berjalan amat cepat cenderung membuat individu merasa hanya seperti sebuah sekrup dalam mesin raksasa daripada seorang makhluk utuh yang memiliki di dalam dirinya suatu keyakinan akan identitas dir sebagai seorang pribadi.

Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
a. kebutuhan akan figur teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai2 luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat2 bagus yagn tinggal hanya kata2 indah.

b. sikap apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang b ersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.

c. kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).

d. ketidakmampuan untuk terlibat
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.

e. perasaan tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.

f. pemujaan akan pengalaman
sebagian besar tindakan2 negatif anak muda dengan minumam keras, obat2an dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.

Bentuk2 dari perbuatan yang anti sosial antara lain :
a. Anak2 muda yang berasal dari golongan orang kaya yang biasanya memakain pakaian yang mewah, hidup hura2 dengan pergi ke diskotik merupakan gaya hidup mewah yang tidak selaras dengan kebiasaan adat timur.

b. Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti bolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.

c. Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah keramaian kota dengan kecepatan yang melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para pemuda belasan tahun.

d. Membentuk kelompok (genk2) anak muda yang tingkah lakunya sangant menyimpang dengan norma yagn berlaku di masyarakat, seperti tawuran antar kelompok.

Monday, September 1, 2008

Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalisasi, Profesionalitas

Masih adakah profesionalitas dalam bekerja? Jadi benar2 melaksanakan pekerjaan dengan sepenuh hati. Sebelum melanjutkan omelan2 ini, sebaiknya saya paparkan sedikit perbedaan profesi, profesional, profesionalisme, profesinalisasi dan profesionalitas. Ini bukan definisi saya pribadi tapi dari berbagai sumber.

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya.

Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di profesinya.

Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.

Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.

Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar2 menguasai, sungguh2 kepada profesinya.

Kenapa saya berikan penjelasan singkat ttg 5 istilah di atas? Karena terus terang saya sendiri sering mendengar n menyebut kata2 itu tapi bingung juga apa beda atau pengertian yang sebenarnya,hehehehe...
Kembali ke omelan2..yuuuk!
Pernah mendengar istilah 1. karena keluarga mendapat pekerjaan? atau istilah 2. karena pekerjaan mendapat keluarga? bagi saya kalimat kedua lah yang sebaiknya kita lakukan. Maksudnya gini, kalimat pertama mengandung makna Ka Ka eN. Biasalah minta bantu om, tante, sepupu, kakek, cucu *ups! ngaco* pokoknya begitulah, karena ada bantuan dari orang2 terdekat sehingga kita bisa mendapatkan suatu pekerjaan. Parahnya lagi kalau ternyata kita *yang kerja krn dibantu klrg* tidak dapat bekerja secara profesional. Bikin malu!
Beda jauh dengan kalimat kedua, dengan usaha sendiri secara jujur bisa mendapatkan pekerjaan dan setelah bekerja ada kenalan2 baru yang otomatis menambah silaturahmi n akrab bagaikan keluarga. Nikmat bukan?!
Masih ada saja di kantor yang karyawannya tidak bekerja secara profesional dengan berbagai sebab. Yang lucunya mereka *oknum* memandang seseorang berdasarkan anak siapa, keturunan mana, dll. Uh, capek banget gaul dengan mereka yang punya pikiran gitu. Hari gini masih aja bawa2 nama keluarga. Lagipula gak penting anak siapa, yang penting kamu bisa kerja atau tidak? Saya pernah ketemu kasus begini, ada bawahan yang ternyata anak pejabat tingkat tinggi. Nah atasan nya itu malah lebih tunduk kepada bawahannya karena takut embel2 anak pejabat tadi. Takut dilaporkan ke bapak si bawahan kalo dia *atasan* tidak “baik2” ke bawahannya. GILEEEEEEEEEEEEE...! ntah gimana masa depan kantor tersebut.
Persoalan like/dislike juga menjadi persoalan dalam dunia kerja. Memang karakter dan sifat orang berbeda. Kadang ada yang cocok dan tidak. Wajar lah, namanya juga manusia. Untuk mengerjakan proyek tertentu dipilih2 orang yang satu “aliran” walo orang tersebut blm tentu bisa mengerjakan proyek. Masih ada orang lain yang lebih pantas untuk mengerjakan proyek, tp karena satu dah lain hal shg orang itu tidak dilibatkan.
Dari gambaran umum di atas, kadang shock melihat hal yang tidak seharusnya terjadi. Tapi memang terjadi. Nyata! Hal di atas tidak terjadi di seluruh kantor, hanya kantor2 tertentu saja.
Semestinya ini bukannya sesuatu yang mengherankan, semakin tua, kita semakin bijaksana. Kita hidup dan belajar, dan salah satu yang kita pelajari adalah menyeimbangkan emosi dan akal. Tetapi, pelajaran ini biasanya tenggelam, terkikis karena kadang2 bertentangan dengan tugas dan kerjanya realita.
Mengapa orang perlu profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan? Yaaa..Karena tuntutan masyarakat inign mendapatkan pelayanan yang semakin meningkat mutunya untuk hasil yang lebih baik. Setiap profesi harus bisa menyesuaikan dengan permintaan masyarakat agar tidak “ditinggalkan”.
Wallahu’alam


Sunday, August 31, 2008

Profesi Guru

Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru dengan segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita menempatkan guru sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa yang akan datang. Dapat dibayangkan jika guru tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian waktu tidak terbendung lagi perkembangannya.


Dokter adalah profesi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada sumber daya manusia yang merupakan tenaga penggerak dalam menjalankan pembangunan. Tidak bisa dibayangkan akibatnya jika dokter tidak memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.
Namun sungguh disayangkan, dalam faktanya, guru dan dokter dalam berbagai aspek sangat berbeda sekali bagaikan langit dan bumi *halaah sampe segitunya*. Guru yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa memang benar2 jasanya kurang dihargai.
Sementara dokter secara ekonomi sudah tidak bisa kita karakan lagi perbedaannya dengan guru. Kita sudah melihat dokter mendapat beberapa fasilitas, tunjangan, intensif dll yang menempatkan profesi dokter sebagai profesi yang layak utnuk dihargai dalam masyarakat.
Banyak guru di sekolah tanpa memiliki ijasah kependidikan. Jika hal itu terjadi didalam profesi dokter, setiap sarjana bisa melaksanakan praktek, berapa juta manusia yang akan menjadi korban malpraktek??. Sama halnya jika semua sarjana dapat menjadi guru *terlebih lagi yang tidak memiliki ijasah akta mengajar*, akan berapa banyak lagi generasi kita yang akan menjadi korban miseducation??
Kita sebagai insan pendidikan sangat mendukung program sertifikasi yang dilakukan pemerintah. Kebijakan itu diharapkan dapat menstratakan guru menjadi lebih baik. Amin.
Kita tidak akan melihat lagi tayangan televisi “Eagle Award” yang menayangkan seorang kepala sekolah merangkap sebagai pemulung. Ini adalah kenyataan akibat dari kurangnya penghargaan terhadap guru. Bagaimana tujuan pendidikan akan berhasil dicapai jika guru masih mempunyai tujuan yang beraneka ragam.
Nah sekarang bagaimana sikap guru terhadap profesinya sebagai guru agar proses fasilitasinya semakin bermutu? Untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran, ada dua hal yang sebaiknya dilakukan seorang guru. Pertama, penciptaan dan menataan suatu kondisi edukatif yang nyaman, aman, tenang dan tentram. Hal ini menyangkut relasi antara gur dan murid terutama dalam proses pembelajaran di kelas. Adanya suasana yang menyenangkan, akrab, penuh pengertian dan mau memahami sehingga murid merasakan bahwa dirinya telah dididik dengan penuh cinta dan tanggung jawab.
Kedua, guru sebaiknya memiliki, memahami, menghayati dan mengimplementasikan perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total. Guru harus memiliki spirit sukses, roh keberhasilan dan motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan.
Hal tersebut bisa tercapai jika guru menghayati profesi keguruannya. Berikut catatan singkatnya.
Ketika guru sungguh dihayati sebagai rahmat, maka seorang guru bekerja tulus penuh syukur. Bekerja senantiasa berbuat baik dan menunjukkan kemurahan hati serta ebrtekad menjadi guru yang lebih baik lagi.
Sebagai penerima amanah, guru terikat secara moral untuk mendidik muridnya hingga mencapai kedewasaan biologis-psikologis-spiritual sehingga guru bekerja benar dengan penuh tanggung jawab.
Panggilan hidup sebagai guru dipenuhi untuk menjawab suara Sang Pemanggil. Seorang (guru) yang secara natural menghayati panggilan jiwanya akan sukses dalam melaksanakan tugas panggilannya.
Aktualisasi diri akan terlaksana melalui pekerjaan, karena bekerja (sebagai guru) adalah pengerahan energi biologis, psikologis, spiritual yang selain membentuk karakter dan kompetensi kita membuat sehat lahir batin ssehingga dapat berkembang secara maksimal.
Menghayati guru sebagai ibadah membuat guru bekerja serius penuh kecintaan. Karena hakikat ibadah adalah persembahan diri, penyerahan diri yang dilandasi kesadaran mendalam dan serius bahwa kita berutang cinta kepada Dia yang kita puja. Sehingga kita patut mengabdi dengan sepenuh cinta pula.
Penghayatan bahwa guru adalah seni akan mendatangkan suka cita dan kegembiraan hati dalam bekerja memicu gagasan cerdas seorang guru untuk bekerja kreatif.
Menghayati guru sebagai kehormatan akan membuat guru bekerja sebaik2nya, mengedepankan mutu setinggi2nya dan menampilkan prestasi sebagus2nya.
Melayani adalah pekerjaan yang mulia. Kerja yang berorientasikan pada hal2 yang mulia membuat hidup kita menjadi lebih bermakna. Jadi sebagai guru, bekerjalah denga penuh jiwa melayani penuh kerendahan hati.
Kesimpulan dari tulisan campur aduk di atas adalah perbaiki kualitas pendidikan dengan meningkatkan kualitas guru.
Wallahu’alam.


Wednesday, August 27, 2008

Pentingnya Berpikir Positif

POSITIVE THINKING!!!!!!!!
Dalam menjalani hidup, tentu saja kita sebagai manusia selalu ada masalah n tantangan yang diberikan Allah SWT. Apa yang Allah berikan itu pastilah untuk menguji kita sebagai hamba apakah tetap berada dijalan-Nya atau tidak.
Setiap orang punya masalah tapi yang membedakan orang yang satu dengan yang lain adalah bagaimana orang tersebut me-manage n menyikapi masalah yang dihadapi.
Secara sadar ataupun tidak, kita sering mengeluh dan berpikir negatif terhadap keadaan atau situasi yang kita alami. Berpikiran negatif kepada sesama manusia saja tidak baik, apalagi kalau kita sampai berpikiran negatif kepada Sang Pencipta?! Na’udzubillah.



Keadaan kita tidak akan berubah dari satu kondisi ke kondisi lain, kecuali dengan usaha kita sendiri. Memang...,semuanya hanya akan terjadi dengan takdir Allah, tapi dalam menjadikan segala sesuatu itu, Allah menggunakan sebab. Selama kita belum mengenal hukum perubahan ini dengan baik, maka segala upaya untuk mengatasi rasa cemas atau agar terbebas dari kesusahan, tidak berguna. Kita tidak akan mampu terbebas dari rasa cemas kecuali jika kita sendiri bersikeras untuk mengatasi hal ini.
Luruskan niat.
Perbanyak n optimalkan ikhtiar.
Berdoa n tawakal kepadaNya.
Ikhlas *dapat rumus baru dari adik*
Semua kesusahan, kegelisahan, kecemasan *dan ntah apalagi istilah lainnya* akan hilang dengan mengubah dan meluruskan gaya berpikir kita.
Hidup ini merupakan hasil dari pikiran kita.
Hilangkan penyakit hati. Sering kali kita sendirilah yang membuat rasa cemas terjadi pada diri kita. Juga kita sendiri yang memilih terjadinya kesusahan dan kesedihan. Penyakit ini tentu bukan karena virus akan tetapi penyakit akibat adanya kerusakan pikiran kita dan akibat sedikitnya iman kita kepada Allah SWT..
Cintailah orang lain seperti mencintai diri sendiri. Kalimat sederhana itu bermakna dalam karena merupakan hal yang dapat membawa kebahagiaan bagi jiwa manusia. Ketika kita mencintai saudara kita seperti kita mencintai diri sendiri, dada kita akan terasa lapang. Jiwa kita terasa tenang dan kita akan merasakan puncak kepuasan.
Kebahagiaan kita menjadi bertambah ketika kita menanggalkan titik2 hitam. Titik2 hitam ini bisa berupa rasa dengki, iri, benci, dendam, dan sebagainya.
Jangan bersedih dengan masa lalu. Pikirkan n laksanakan masa kini. Persiapkan diri untuk masa depan. Adanya perasaan sedih karena masa lalu, juga karena mengingat peristiwa masa lalu yang tidak mungkin kembali lagi merupakan suatu kelemahan yang akan menjadikan seseorang terus merasa terus terbelenggu dan hanya akan menjadikannya lemah dan tak berdaya.
Sebagai penutup, saya hanya bisa memberikan pesan *teori yang belum tentu juga selalu saya praktekan* bahwa barangsiapa yang meminta pertolongan Allah, maka ia selamanya tidak akan menjadi lemah. Jadi ada motivasi bagi muslim/muslimah agar percaya diri atas kesuksesannya dan agar tidak putus asa.
Always smile. Keep Caiiyooo..!


Sunday, August 24, 2008

Musik dalam Pembelajaran

Pada saat pembelajaran guru dapat memutar musik untuk menciptakan
relaksasi dan kegairahan siswa. Musik menjadi pembangkit motivasi siswa. Mereka bergairah mengikuti kegiatan belajar dan melepas ketegangan dalam menyelesaikan kegiatan.
Penelitian-penelitian membuktikan bahwa musik memberikan banyak manfaat kepada manusia atau siswa seperti merangsang pikiran, memperbaiki konsenstrasi dan ingatan, membangun kecerdasan emosional.


Musik juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri, yang berarti menyeimbangkan perkembangan aspek intelektual dan emosional.
Sampai saat ini ada anggapan musik yang bisa memberi pengaruh positif dan mencerdaskan otak adalah musik klasik. Hardjana (2005), mengatakan bahwa ”baru musik klasiklah yang sudah diteliti para ahli, sehingga musik klasik dianggap bisa mengasah otak”.
Gallahue (Sri : 2005), mengatakan ”Rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah”.
Bahkan sejak dalam kandungan proses pembelajaran melalui musik klasik juga bisa bermanfaat. Berdasarkan jenisnya, musik klasik adalah musik yang terbaik pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Tetapi musik rock dan heavy metal kurang. Itu karena musik klasik bersifat universal, artinya berlaku untuk semua orang.
Kata guru fisika saya dulu bahwa pengaruh musik terhadap seseorang bukan hanya dari keindahan nadanya saja, tetapi ditentukan oleh frekuensi dan amplitudo getaran-getaran suara.
Jadi, dalam proses belajar mengajar dapat dimasukkan unsur musik. Musik dipakai sebagai background yang mengiringi pelajaran. Musik yang digunakan adalah musik-musik klasik instrumental, sehingga siswa menjadi rileks dan memiliki semangat belajar yang tinggi serta menikmati pelajaran yang diajarkan gurunya.

Sunday, August 17, 2008

Menjadi Pendidik Yang Sukses

Petualangan di tempat kerja yang baru membuat saya harus lebih giat menambah ilmu, mencari n bertanya pengalaman dari rekan2 yang telah sukses sebelum saya.

Dulu kita beranggapan pengalaman adalah ilmu yang baik tetapi skrg pengalaman orang lain adalah ilmu yang baik. Ya, melalui pengalaman orang lain yang telah sukses tentu kita akan tahu bagaimana proses yang dijalaninya, kita bisa mencontoh atau mengambil hikmah dari situ. Jika orang lain telah melewati jalan yang akan kita lewati, otomatis kita akan tahu letak jalan lurus, ada belokan atau lubang dan jalan yang rusak sehingga kita tidak akan mengulangi kesalahan mereka.


Selanjutnya kita tinggal menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang kita alami. Karena setiap pendidik memiliki karakter, gaya yang berbeda dalam mendidik siswa2nya. Begitu juga dengan bidang studi yang diajarkannya.

Tugas seorang pendidik tidak terbatas pada pemenuhan otak siswa saja dengan berbagai ilmu pengetahuan. Namun seorang guru juga harus mengajarkan pendidikan menyeluruh yang memasukkan beberapa aspek akidah dan tata moral. Oleh karenanya, seorang pendidik yang sukses harus mampu menjadikan perkataan dan tingkah laku siswanya di kelas selalu berlandaskan kepada petunjuk Nabi yang benar.

Ia harus bisa ikhlas dalam segala aktivitasnya hanya untuk Allah dan tidak karena harta. Jika ia diberi gaji atau honor meskipun itu sedikit, ia tetap bersyukur *tantangan yang cukup berat*. Kalaupun tidak diberi, ia tetap bersabar dan Allah akan meberi rezeki kepadanya di dunia dan akan dicatat sebagai pahala di akhirat.

Syarat Pendidik yang Sukses (Muhammad Jameel Zeeno, 1999 : 47-54) :

  1. Yang bersangkutan harus menguasai bidang yang diajarkannya. Ia juga memiliki inovasi dalam praktik pengajarannya, mencintai pekerjaan dan siswanya, mengerahkan segala potensi yang dimilikinya dalam penddikan untuk mencapai pendidikan yang baik dan membekali diri dengan pengetahuan yang bermanfaat.
  2. Ia juga harus bisa menjadi contoh yang baik bagi yang lainnya, baik dalam perkataan maupun perbuatannya.
  3. Ia harus melaksanakan terlebih dahulu apa yang ia perintahkan kepada murid2nya, mulai dari tingkah laku, akhlak, dan ilmu yang diajarkan. Jangan sampai ia melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan apa yang dikatakannya sendiri.
  4. Seorang pendidik harus mengetahui bahwa tugasnya sebagai guru menyerupai tugas para Nabi yang diutus oleh Allah untuk mengajarkan petunjuk kepada umat manusia. Ia juga harus bisa mencintai mereka layaknya orang tua. Ia bahkan dianjurkan mau berbuat baik dalam membantu anak didiknya dalam menyelesaikan masalah dan hal yang lain, yang merupakan bagian dari tanggung jawabnya.
  5. Seorang pendidik harus berbeda kadar keluhuran akhlak, tingkat pendidikan, dan kecerdasannya. Oleh karena itu, ia berkewajiban untuk berusaha memperbaiki akhlaknya dan menambah pengetahuannya.
  6. Seorang pendidik sukses akan senantiasa saling tolong menolong dengan rekan seprofesinya sesama pendidik.
  7. Pengakuan terhadap suatu kebenaran merupakan suatu hal yang utama. Oleh karenanya, seorang pendidik yang ingin sukses harus tunduk pada kebenaran dan tidak segan meninjau kembali kesalahan2 yang dilakukannya.
  8. Seorang pendidik hendaklah senantiasa berlaku jujur dalam bertutur. Ingatlah bahwa semua kejujuran pasti membawa kebaikan. Jangan sekali2 mendidik siswa dengan berdusta walaupun hal itu menguntungkan.
  9. Seorang pendidik hendaklah bisa menghiasi dirinya dengan sifat sabar pada saat menghadapi permasalahan dengan para siswa dan pelajarannya. Hanya dengan bersabar, ia bisa tertolong untuk melakukan dan meyelesaikan aktivitas yang mulia.

Semoga saya, Anda dan seluruh pendidik Indonesia dapat memenuhi syarat menjadi pendidik yang sukses !!! Sehingga kelak, masa depan bangsa kita menjadi lebih baik.

Wallahualam

Wednesday, August 13, 2008

Komputer Sebagai Alat Bantu Pembelajaran

Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran yang dibantu komputer dikenal dengan nama CAI yaitu "Computer Assited Instruction" . Prinsip pembelajaran ini menggunakan komputer sebagai alat bantu menyampaikan pelajaran kepada user secara interaktif. Perubahan metode pembelajaran dan pengajaran telah menyebabkan alat yang digunakan menjadi meluas, misalnya: video, audio, slide dan film.


CAI yaitu penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan mengetes kemajuan belajar siswa. CAI juga bermacam-macam bentuknya bergantung kecakapan pendesain dan pengembang pembelajarannya, bisa berbentuk permainan (games), mengajarkan konsep-konsep abstrak yang kemudian dikonkritkan dalam bentuk visual dan audio yang dianimasikan.


Jadi CAI adalah penggunaan komputer sebagai alat bantu dalam dunia pendidikan dan pengajaran. CAI membantu siswa memahami suatu materi dan dapat mengulang materi tersebut berulang kali sampai ia menguasai materi itu.


Penggunaan Komputer dalam Kegiatan Pembelajaran


Untuk Tujuan Kognitif

Komputer dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan sederhana dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan.

Untuk Tujuan Psikomotor

Dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games & simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya.

Untuk Tujuan Afektif

Bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan klip suara atau video yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan media komputer.

Keistimewaan pemakaian komputer dalam proses pembelajaran (Muhamad Ikhsan, 2006) :

1. Komputer bisa mengajar secara individual (individualisasi dalam proses pembelajaran) kecepatan bisa sesuaikan dengan kemampuan siswa, metode/strategi belajar yang lebih tepat, penyesuaian isi materi dan tingkat kesukaran.

2. Bisa digunakan kapan saja (tidak terbatas waktu) dan bisa digunakan dimana saja (tidak terbatas ruang).


3. Hilangkan rasa malu takut.

Adapun bentuk-bentuk penerapan aplikasi CAI (Computer Assisted Instruction) dalam pembelajaran sebagai berikut (Heinich,et:al, 1996):

1.) Drill & Practice


Tujuan

Setelah menjalankan program Drill & Practice ini siswa akan lebih terampil, cepat, dan tepat dalam melakukan suatu keterampilan. Misalnya keterampilan mengetik, atau menjawab soal hitungan.

Isi

Disini siswa dianggap sudah mengetahui teori yg mendasari keterampilan itu serta mengetahui cara/prosedur mengerjakannya. Jadi dalam Drill &
Practice tidak ada bagian penjelasan, yang ada hanya sejumlah soal/pertanyaan dan “feedback.” Soal/pertanyaan2 tersebut diberikan dalam suatu urutan/alur (“sequence”) tertentu: mudah – sulit ? siswa menjawab dinilai & feedback : benar – salah soal/pertanyaan berikut dan seterusnya.
Umumnya kontrol yang dimiliki siswa sangat terbatas. Ia hanya dapat memilih tingkat kesulitan materi, sedangkan alur dari penyajian isi di kontrol oleh sistem. Variabel yang digunakan : tingkat kesulitan isi/materi, kecepatan menjawab, atau waktu menjawab.

2.) Tutorial


Tujuan

Membuat siswa memahami suatu konsep/materi yg baku.

Isi

Sejumlah konsep/materi yang perlu diajarkan dan difahami siswa.
Kemudian diikuti dengan sejumlah pertanyaan, atau latihan/soal untuk memeriksa pemahaman siswa terhadap konsep/materi tersebut. Siswa berinteraksi dengan komputer seperti ia berinteraksi dengan guru: “one-to-one session.”
Bila materi yang akan diberikan cukup banyak, maka penyajiannya akan diberikan secara bertahap, mulai dari materi dasar ke tingkat yg lebih tinggi, dan seterusnya. Selain itu ada pula sejumlah pertanyaan/soal yg pemunculannya dibuat random.
Bila siswa gagal melewati kriteria untuk “lulus”, maka ia akan dikembalikan ke bagian penjelasan konsep/materi yang pertama. Akan tetapi bila sistem ini disertai dengan modul “remedial”, maka bila gagal, siswa akan diberikan remedial terhadap topik yang ia salah saja (tidak mengulang semua).

Keuntungan

Lebih individualized dari Drill & Practice ada penilaian terhadap respon, serta dapat dibantu bagian yang tidak difahami --- mengulang materi, atau ke modul remedial.

3.) Games/Edutainment

Materi atau konteks dari permainan merupakan hal yang ingin diajarkan, sekaligus ia juga berperan sebagai motivator. Pendekatan motivasi, dibedakan antara :
motivasi intrinsik : tidak ada reward diluar atau tanpa reward seperti “point” misalnya, anak menyenangi permainan tersebut.
motivasi ekstrinsik : ada reward dari luar, misalnya uang, atau “point” .
Menimbulkan motivasi intrinsik harus ada tiga hal:
Challenge : Goal dari permainan harus jelas. Selain itu hasil/konsekwensi yang dapat dicapai akibat dari aksi/response pemain sulit untuk diterka semacam ada unsur luck. Tidak diketahui cara/strategi yg paling optimal.
Fantasy : Adanya situasi permainan yang merangsang munculnya imaginasi pemain.
Curiosity : Ada unsur yang “baru” (novelty) bagi pemain, akan jangan terlalu banyak hal “barunya” sebab akan menyebabkan permainan sukar dimengerti.

4.) Mindtools

Mindtools alat bantu belajar yang menyediakan sejumlah fasilitas atau fungsi yang dapat dipakai untuk digunakan siswa dalam memfungsikan cara berpikirnya sehingga dapat optimal.
Lingkungan pembelajaran yang disajikan pada siswa bukan berpatokan pada membuat siswa menurut saja pada struktur materi yang sudah dirancang alurnya oleh programmer, akan tetapi justru hanya memberikan sejumlah fasilitas atau alat (tools) untuk digunakan siswa dalam ia mengambil dan merancang alur belajarnya sendiri.
Kontrol penuh ada di tangan siswa (learner control) dalam ia menentukan baik tujuan yang ingin dicapai, materi yang dipelajari, maupun tingkat kedalaman pemahaman yang ingin diraih. dan akan lebih memotivasi siswa untuk belajar karena ia dapat sesuaikan dengan kebutuhannya. Guru disini berperan sebagai fasilitator, model, dan pelatih (coach).

Berangkat dari asumsi dasar bahwa siswa itu mempunyai perbedaan dalam daya tangkap, lingkup pengetahuan yang sudah dimiliki (prior knowledge), keterampilan belajar, minat, maupun motivasi untuk belajar.

Belajar yang dalam (deep learning) menuntut siswa menggunakan teknik/strategi berpikir yang sistematis dan terencana, tajam daya analisanya, kritis, kreatif, dan memiliki ketrampilan memecahkan masalah (problem solving) yang baik.
Keterampilan berfikir (ketrampilan belajar) adalah ketrampilan yang harus dengan sengaja dipelajari, bukan bersifat bawaan lahir (seperti halnya inteligensi). Keterampilan belajar inilah yang menjadikannya self-regulated (directed) learner.

5.) Simulation


Tujuan

Proses simulasi biasanya digunakan untuk mengajarkan proses atau konsep yang tidak secara mudah dapat dilihat (abstrak), seperti bagaimana bekerjanya proses ekonomi, atau bagaimana hubungan antara supply & demand terhadap harga dan seterusnya. Simulasi juga dilakukan untuk memunculkan suatu keadaan yang berbahaya dan dicobakan di dunia riel. Misalnya percobaan percampuran berbagai zat kimia, atau perputaran planet.
Umumnya setelah siswa mencoba sendiri, atau menjalankan simulasi ini, guru harus memeriksa kesimpulan (discovery) yang dibuat siswa: ketepatannya.

Isi

Suatu konsep atau keadaan yang akan dieksplorasi proses perubahan atau terjadinya. Siswa akan diberikan sejumlah variabel (beserta parameternya) yang dapat di mainkan/manipulasi untuk menimbulkan keadaan tertentu. Asumsi dasar dari proses belajar disini adalah melalui percobaannya siswa akan mengerti prinsip dari terjadinya proses tersebut (discovery learning).

Keuntungan

Berlangsungnya proses dapat diatur kecepatannya; dapat dipercepat (untuk proses yang perubahannya lama), atau diperlambat (untuk proses yang perubahannya terjadi cepat).
Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap proses perubahan dapat secara langsung dimainkan, atau di manipulasi siswa sehingga ia dapat melihat langsung bagaimana pengaruh setiap variabel itu.
Umumnya siswa akan lebih termotivasi menjalankan simulasi dibanding Drill & Practice atau tutorial, karena siswa punya kontrol terhadap variabel yang dipilihnya rasa ingin tahunya terpenuhi.

Saturday, August 9, 2008

Kenapa Anak Putri Harus Belajar


Imah adalah seorang pembantu rumah tangga. Setiap pagi ia mengantar putri majikannya, Azizah, berangkat ke sekolah. Sedang sore hari dia menjemputnya.
Suatu hari Imah bergumam, “Alangkah bahagianya sekiranya aku ditakdirkan menjadi anak kecil lagi sehingga bisa belajar di sekolah”.

Mendengar kata2 itu, Azizah menatap wajah Imah dengan penuh rasa heran. Selanjutnya dia berucap, “Apakah Engkau suka, wahai bibiku, sekiranya bibi menjadi seorang pelajar?”

Spontan Imah menjawab dengan hati yang pilu, “Jelas! Sebab, andaikan dulu aku sempat mengenyam bangku sekolah, mungkin nasibku tidak seperti sekarang, menjadi pembantu rumah tangga. Aku menjadi pembantu karena terpaksa, sebab suamiku telah meninggal. Aku mewarisi rumah yang banyak dari peninggalan suamiku. Kebetulan aku mempnyai seorang kerabat ipar, ku kira dia seorang yang amanah (dapat dipercaya) seperti suamiku. Sehingga aku tidak keberatan untuk menyerahkan semua pengelolaan rumah dan harta kekayaanku kepadanya. Tidak tahunya, dia menjual semua rumah dan harta kekayaanku kepada orang lain, kemudian hasil dari penjualan itu dia pergunakan untuk sesuatu yang kurang bermanfaat. Sayang sekali pada waktu itu aku tidak pandai membaca dan menulis, sehingga aku mau memberi cap jempol di atas kertas yang bersegel dengan rasa suka dan rela. Aku mau berbuat demikian itu, karena dia telah menjelaskan kepadaku bahwa apa yang aku cap kan di atas kertas segel itu hanya merupakan transaksi sewa-menyewa, bukannya transaksi jual-beli.
Ketika aku sadar bahwa semua harta kekayaanku telah dia habiskan, maka persoalan ini kuadukan kepada mahkamah. Setelah disidangkan, dia divonis hukuman penjara karena ketidakjujurannya dan dikenai denda ganti rugi. Ironisnya, aku tidak memperoleh harta sedikit pun darinya, Karena dia sendiri menjadi bangkrut, tak punya apa2. Setelah tak ada lagi harta yang dapat menghidupi diriku, terpaksa aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sekiranya dulu aku belajar, maka tidak mungkin pengkhianat itu bisa menipu dan membohongi diriku dan berbuat apa saja yang dikehendakinya”.
Selanjutnya, Imah berucap sambil meneteskan air mata, terlihat tanda2 kesedihan menghias wajahnya, “Walaupun demikian, tetapi aku masih mempunyai keinginan kuat untuk belajar. Sehingga pada waktu2 kosong bisa aku pergunakan untuk membaca buku2 yang dapat meringankan kesedihan, menghibur kepedihan hatiku dan menemaniku di kala aku sedang kesepian. Selain itu, aku pun dapat menghafal Al-Qur’anul Karim. Dengan demikian, aku berharap bisa menjadi seorang wanita yang mengerti benar tentang masalah2 agama Islam. Di samping itu aku juga dimasukkan ke dalam kelompok kaum wanita muslimah yang shalihah”.

Mendengar ucapan Imah yang memelas itu, hati Azizah tersentuh sehingga ia bertanya kepada Imah, “Wahai bibi Imah, jika bibi benar2 ingin belajar, mulai saat ini aku siap mengajarimu. Perlu bibi ketahui bahwa segala sesuatu akan terasa mudah selagi ada kemauan yang keras. Mulai saat ini, setiap seminggu aku sediakan waktu satu hari untuk mendampingi bibi belajar membaca dan menulis. Karena aku merasa bahwa bibilah yang mengasuh diriku, sehingga dimataku kedudukan bibi adalah seperti kedudukan ibuku sendiri. Di samping itu jasa bibi amat besar terhadap diriku”.


Kemudian Imah berkata kepada Azizah, “Mudah2an Allah memberikan berkah kepadamu, wahai putri majikanku! Dan semoga Engkau juga mendapati diriku, insya Allah, sebagai orang yang selalu taat kepadamu dan tidak pernah melanggar perintahmu, karena Engkau adalah guruku”.


Kini Azizah mempunyai peran ganda. Di siang hari ia sebagai siswi, dan di malam hari ia sebagai pendidik (guru). Begitu pula Imah juga memiliki peran ganda. Di siang hari ia seorang pembantu rumah tangga, sedangkan di malam hari menjadi seorang siswi.


Tidak lama belajar, Imah sudah pandai membaca dan menulis. Bahkan, ia sering duduk bersama Azizah di ruang baca guna membaca buku2 perpustakaan pribadi milik Azizah serta belajar bersamanya. Dengan demikian, kini Imah termasuk dalam golongan wanita terpelajar, sehingga martabatnya lebih bernilai di mata keluarga majikannya. Hal ini bukan sesuatu yang aneh, sebab setiap orang yang bersungguh2 pasti mendapatkan apa yang dicita2kan.

Wednesday, July 30, 2008

Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.

Berbagi ilmu dari Profesor Gardner yang telah menemukan teori kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences, bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki setiap orang. Teori ini juga menekankan pentingnya “model” atau teladan yang sudah berhasil mengembangkan salah satu kecerdasan hingga puncak.

Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala, 2005 : 84) memaparkan 8 kecerdasan yaitu kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematika, kecerdasan spasial/visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spiritual.


Mari kita bahas satu per satu kecerdasan di atas. Selain penjelasan bentuk kecerdasan, juga dikaitkan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan tersebut.

  1. Kecerdasan Verbal (Bahasa)

Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.

Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.

  1. Kecerdasan Logika/Matematika

Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika.

Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh2 yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.

  1. Kecerdasan Spasial/Visual

Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual.

Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek.

Berhubungan dengan pelajaran menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.

  1. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik

Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama.

Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.

  1. Kecerdasan Musical/Ritmik

Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas unutk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak.

Berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tokoh2 yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.

  1. Kecerdasan Interpersonal

Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas2 ditempat kerja seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan pelajaran PPKn, sosiologi.

Manajer, konselor, terapis, politikus, mediator menunjukkan bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen, motivasi dan maksud orang lain. Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia.

  1. Kecerdasan Intrapersonal

Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan.

Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh2 sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.

  1. Kecerdasan Spiritual

Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya.

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita.

Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya.

Tuesday, July 29, 2008

Kecepatan Membaca

Kali ini saya ingin membahas tentang kecepatan membaca. kalo kecepatan bukan manusia kayaknya gak perlu di bahas. Menurut sumber (Iwan Sugiarto, 2004) "Membaca tidak perlu paham 100%, cukup 70%... Manusia normal dalam teknik membaca rata-rata 250-300 kata/menit...Hasil survey record pembaca tercepat banyak berasal dari Belanda". Gimana halnya dengan membaca cepat text bahasa inggris?
kata guru saya, coba kamu mimpi ato ngomel pake bahasa inggris pasti cepat membaca text bahasa inggris n otomatis TOEFL kamu juga tinggi..huahuahahaha...
Mengapa kita harus membaca cepat? kata Mbah John F.Kennedy "Faster reades enjoy better grades at school and advances higher in their careers". Artiin sendiri maksud Mbah Kennedy itu ya.
Hmmm..dengan membaca cepat dapat melatih otak untuk berinteraksi dengan baik, menambah wawasan lebih banyak, perbanyak visualisasi sehingga otak banyak referensi. Survei membuktikan (nyontek dari sumber di atas) bahwa manusia rata-rata menggunakan 1% otak/hari. Otak memproses informasi lebih cepat dari mata. Jika tidak digunakan lama kelamaan akan hilang dengan sia-sia..Hiks..
Nah, ini yang penting utk dibaca.Yang harus dihindari dalam membaca cepat antara lain : membaca dengan suara keras, membaca dalam hati kata per kata, membuat catatan langsung, suka mengulang apa yg telah dibaca, posisi membaca yang salah (sambil tiduran), tidak fleksibel (semua dibaca), pasif (tidak tertarik pada topik dan tidak terlibat dalam bacaan), gangguan suasana sehingga tidak bisa konsentrasi (ribut), sistem kebut semalam (biasa menjelang ujian-->memperjelek daya ingat), tidak mendengarkan musik yang ada vocal (sebaiknya dengarkan musik2 instrumental).
Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada guru2 TeKa dan eS De yang telah mengajarkan bagaimana cara membaca kepada saya. Semoga amal ibadah bpk2 dan ibu2 dibalas Allah SWT.

Monday, July 28, 2008

Gaya Belajar

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing2 dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.


1. Visual (belajar dengan cara melihat)


Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :


² Bicara agak cepat

² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

² Tidak mudah terganggu oleh keributan

² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

² Lebih suka membaca dari pada dibacakan

² Pembaca cepat dan tekun

² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

² Lebih suka musik dari pada seni

² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :


1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.

3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.


2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)


Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.


Ciri-ciri gaya belajar auditori :


² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri

² Penampilan rapi

² Mudah terganggu oleh keributan

² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

² Biasanya ia pembicara yang fasih

² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual

² Berbicara dalam irama yang terpola

² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara


Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.

2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.


3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)


Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.


Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :


² Berbicara perlahan

² Penampilan rapi

² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

² Belajar melalui memanipulasi dan praktek

² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

² Menyukai permainan yang menyibukkan

² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi


Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:


1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.

5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Bagaimana dengan gaya belajar Anda?

Wallahu’alam

Gara2 Sertifikasi, Guru2 Melek IT

Berbagai sambutan positif dan negatif terhadap kebijakan pemerintah untuk men-sertifikasi para pendidik. Dalam pelaksanaan yang masih simpang siur, amboeradoel *tkp01 mode on*, ancorlebor *tkp02 mode on*, acakadul *tkp03 mode on* serta istilah2 lain yang sering kita dengar dari mereka yang melaksanakan sertifikasi. Saya sendiri belum melaksanakan sertifikasi *lah wong baru CPNS* jadi tidak mengalami langsung apa yang diceritakan rekan2 guru. Walaupun blm ikut, perihal penjelasan sertifikasi sudah saya terima waktu kul akta 4 dan sampe skrg masih blm mudeng, kekeke.. Ternyata teori dan praktek sangat jauuuuuuuuh penerapannya.

Mari kita bahas sisi positif dari adanya sertifikasi ini. Selain mengharuskan guru2 untuk melanjutkan S1, peraturan lain membuat guru menjadi lebih kreatif, inovatif dll sehingga terus belajar dan belajar. Kalau dulu, silabus, PROTA, PROSEM, RPP/SP sampai perangkat pembelajaran dibuat seadanya namun kini guru mau tidak mau sebaiknya menggunakan IT. Guru sebaiknya menggunakan komputer *tidak tulis tangan atau mesin tik* untuk membuat silabus, PROTA, PROSEM, RPP/SP sampai perangkat pembelajaran.

Mulai belajar ngetik menggunakan Ms. Word. Yang sudah bisa mengetik, mulai belajar Ms. Powerpoint untuk presentasi bahan ajar. Bahkan membiasakan diri jalan2 ke dunia maya agar mendapatkan informasi yang lebih akurat n terbaru.

Guru2 yang sebagian besar di atas 40 thn, dengan perjuangan mulai membelai mouse, masih malu2 menekan mouse tapi begitu sudah terbiasa tidak mau melepaskan mouse. Ingin meng-klik, drag-drop dengan gerak tubuh yang juga mengikuti arah kursor. Ada lagi yang begitu bahagia bisa membuat animasi menggunakan Ms. Power Point. Ada gambar bergerak2, kata2 bergeser dari kiri-kanan-atas-bawah. Atau huruf2 yang jatuh satu per satu dari atas, hingga membentuk kalimat. Lain lagi yang sudah bisa mengetik lalu belajar internet. Mulai buat email, browsing untuk bahan ajar serta chatting untuk saling berbagi informasi. Saya berusaha untuk ”meracuni” guru2 untuk ng-Blog sehingga nantinya banyak yang menemani saya sebagai guru Go Blog dari Pontianak. Insya Allah...

Saya cerita begini bukan untuk ditertawakan tapi mari kita lihat sisi positifnya yaitu semangat belajar para guru dalam upaya memperbaiki diri sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi anak didiknya. Saya salut dengan mereka yang masih terus belajar diusia senja.

Never old to learn.

Wallahu’alam

Saturday, July 26, 2008

Dunia Guru


Dunia guru memang menarik untuk dikaji. Ruang geraknya tidak terbatas dalam kelas. Atau tidak hanya berfokus pada persiapan mengajar, buku pelajaran, absensi siswa, daftar nilai dan sebagainya. Dunia guru tidak sebatas itu, tetapi pada interaksinyaterhadap peserta didik, pembelajaran dan dirinya sendiri.

Apakah pada zaman ini menjadi guru masih dihayati sebagai panggilan mulia atau hanya mengejar menjadi professional saja? Kesadaran inilah yang patut direfleksikan dan direnungkan.

Dunia guru dapat diartikan secara luas, tetapi saya membahas pada tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah tanggung jawab guru terhadap murid, pembelajaran dan dirinya sendiri.

Sikap guru terhadap murid menjadi citra tersendiri bagi murid dan masyarakat. Muncul kecenderungan ada yang positif dan negatif dalam cara mengajar. Apalagi dalam berinteraksi dengan murid, seorang guru tidak pernah bebas dari nilai, konsep diri dan keyakinan yang dianut. Namun demikian semua itu demi untuk memajukan peserta didik.

Sikap guru dalam proses pembelajaran seringkali tereduksi pada keyakinan bahwa pengetahuan itu merupakan kebenaran. Guru hanya menuntut peserta didiknya menghafal jawaban tunggal dan faktual dari setiap pertanyaan di dalam kelas. Guru dengan tingkat konseptual yang rendah, cenderung otoriter daripada yang tingkat konseptualnya tinggi. Sebuah riset menunjukkan bahwa 80%, waktu tatap muka di depan kelas, guru hanya berbicara satu arah. Kalaupun murid diberik kesempatan berbicara, itu sebatas menjawab pertanyaan dengan satu jawaban faktual saja.

Seorang guru bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Dalam proses interkasi dengan peserta didik dan pembelajaran di dalam kelas, guru dapat melakukan intropeksi diri dan refleksi atas apa yang telah terjadi. Intropeksi dan refleksi itu akan menyadarkan guru supaya semakin mencintai tugasnya menjadi guru. Artinya dapat membantu guru meningkatkan kualitas diri (kepribadian) selain kualitas teknis.

Ketiga tanggung jawab tersebut menghantarkannya menjadi seorang guru yang handal. Kehandalan menuntut seorang guru tidak pernah berhenti belajar. Hal itu karena guru tahu akan dunianya, tanggung jawab atas pilihannya dan mencintai tugasnya. Kesadaran itu membuat seorang guru menjadi sangat efektif dan kreatif.

Kadang sekian tahun berjalan seorang guru tak pernah menyadari apa salah san dosanya. Kalau mau jujur, kesalahan dan dosa yang paling besar yaitu tampil membosankan di depan kelas. Karena hal yang rutin, maka anggapan itu angin lalu. Ia berbicara dengan nada yang pelan, tanpa ada semangat, wajah kurang ceria dan cepat marah. Atau juga masuk kelas dengan muka masam.

Memang ada faktor internal dan eksternal. Namun, sebagian guru tidak tahu lagi dimaan dunia dia berpijak dan tanggung jawabnya. Dunia dan tanggung jawab guru prioritasnya pada memanusiakan manusia. Itu berarti guru memberi kesaksian dalam kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Perlu daya kritis dan etis untuk menempatkan diri dimana dia berpijak. Itu terjadi bila guru belajar melek terhadap teknologi dan informasi mutakhir sehingga lebih percaya diri dan tidak diperdayai.

Guru pun rajin membaca dan menulis jika tidak wawasan menjadi kerdil sehingga dunia kelas menjadi kering. Tawaran seperti seminar, pelatihan dan lokakarya san sebagainya tidak semata demi sertifikasi. Dan pad akhirnya guru perlu merefleksi dunia dan tanggung jawabnya sebab kesalahan dan dosa yang ditanamkan pada peserta didik akan berakibat turun temurun. Yang tahu itu semua hanyalah hati nurani guru itu sendiri.

Wallahu’alam.