Wednesday, July 30, 2008

Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.

Berbagi ilmu dari Profesor Gardner yang telah menemukan teori kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences, bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki setiap orang. Teori ini juga menekankan pentingnya “model” atau teladan yang sudah berhasil mengembangkan salah satu kecerdasan hingga puncak.

Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala, 2005 : 84) memaparkan 8 kecerdasan yaitu kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematika, kecerdasan spasial/visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spiritual.


Mari kita bahas satu per satu kecerdasan di atas. Selain penjelasan bentuk kecerdasan, juga dikaitkan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan tersebut.

  1. Kecerdasan Verbal (Bahasa)

Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.

Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.

  1. Kecerdasan Logika/Matematika

Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika.

Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh2 yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.

  1. Kecerdasan Spasial/Visual

Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual.

Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek.

Berhubungan dengan pelajaran menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.

  1. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik

Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama.

Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.

  1. Kecerdasan Musical/Ritmik

Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas unutk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak.

Berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tokoh2 yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.

  1. Kecerdasan Interpersonal

Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas2 ditempat kerja seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan pelajaran PPKn, sosiologi.

Manajer, konselor, terapis, politikus, mediator menunjukkan bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen, motivasi dan maksud orang lain. Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia.

  1. Kecerdasan Intrapersonal

Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan.

Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh2 sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.

  1. Kecerdasan Spiritual

Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya.

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita.

Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya.

Tuesday, July 29, 2008

Kecepatan Membaca

Kali ini saya ingin membahas tentang kecepatan membaca. kalo kecepatan bukan manusia kayaknya gak perlu di bahas. Menurut sumber (Iwan Sugiarto, 2004) "Membaca tidak perlu paham 100%, cukup 70%... Manusia normal dalam teknik membaca rata-rata 250-300 kata/menit...Hasil survey record pembaca tercepat banyak berasal dari Belanda". Gimana halnya dengan membaca cepat text bahasa inggris?
kata guru saya, coba kamu mimpi ato ngomel pake bahasa inggris pasti cepat membaca text bahasa inggris n otomatis TOEFL kamu juga tinggi..huahuahahaha...
Mengapa kita harus membaca cepat? kata Mbah John F.Kennedy "Faster reades enjoy better grades at school and advances higher in their careers". Artiin sendiri maksud Mbah Kennedy itu ya.
Hmmm..dengan membaca cepat dapat melatih otak untuk berinteraksi dengan baik, menambah wawasan lebih banyak, perbanyak visualisasi sehingga otak banyak referensi. Survei membuktikan (nyontek dari sumber di atas) bahwa manusia rata-rata menggunakan 1% otak/hari. Otak memproses informasi lebih cepat dari mata. Jika tidak digunakan lama kelamaan akan hilang dengan sia-sia..Hiks..
Nah, ini yang penting utk dibaca.Yang harus dihindari dalam membaca cepat antara lain : membaca dengan suara keras, membaca dalam hati kata per kata, membuat catatan langsung, suka mengulang apa yg telah dibaca, posisi membaca yang salah (sambil tiduran), tidak fleksibel (semua dibaca), pasif (tidak tertarik pada topik dan tidak terlibat dalam bacaan), gangguan suasana sehingga tidak bisa konsentrasi (ribut), sistem kebut semalam (biasa menjelang ujian-->memperjelek daya ingat), tidak mendengarkan musik yang ada vocal (sebaiknya dengarkan musik2 instrumental).
Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada guru2 TeKa dan eS De yang telah mengajarkan bagaimana cara membaca kepada saya. Semoga amal ibadah bpk2 dan ibu2 dibalas Allah SWT.

Monday, July 28, 2008

Gaya Belajar

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing2 dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.


1. Visual (belajar dengan cara melihat)


Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :


² Bicara agak cepat

² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

² Tidak mudah terganggu oleh keributan

² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

² Lebih suka membaca dari pada dibacakan

² Pembaca cepat dan tekun

² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

² Lebih suka musik dari pada seni

² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :


1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.

3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.


2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)


Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.


Ciri-ciri gaya belajar auditori :


² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri

² Penampilan rapi

² Mudah terganggu oleh keributan

² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

² Biasanya ia pembicara yang fasih

² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual

² Berbicara dalam irama yang terpola

² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara


Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.

2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.


3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)


Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.


Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :


² Berbicara perlahan

² Penampilan rapi

² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

² Belajar melalui memanipulasi dan praktek

² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

² Menyukai permainan yang menyibukkan

² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi


Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:


1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.

5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Bagaimana dengan gaya belajar Anda?

Wallahu’alam

Gara2 Sertifikasi, Guru2 Melek IT

Berbagai sambutan positif dan negatif terhadap kebijakan pemerintah untuk men-sertifikasi para pendidik. Dalam pelaksanaan yang masih simpang siur, amboeradoel *tkp01 mode on*, ancorlebor *tkp02 mode on*, acakadul *tkp03 mode on* serta istilah2 lain yang sering kita dengar dari mereka yang melaksanakan sertifikasi. Saya sendiri belum melaksanakan sertifikasi *lah wong baru CPNS* jadi tidak mengalami langsung apa yang diceritakan rekan2 guru. Walaupun blm ikut, perihal penjelasan sertifikasi sudah saya terima waktu kul akta 4 dan sampe skrg masih blm mudeng, kekeke.. Ternyata teori dan praktek sangat jauuuuuuuuh penerapannya.

Mari kita bahas sisi positif dari adanya sertifikasi ini. Selain mengharuskan guru2 untuk melanjutkan S1, peraturan lain membuat guru menjadi lebih kreatif, inovatif dll sehingga terus belajar dan belajar. Kalau dulu, silabus, PROTA, PROSEM, RPP/SP sampai perangkat pembelajaran dibuat seadanya namun kini guru mau tidak mau sebaiknya menggunakan IT. Guru sebaiknya menggunakan komputer *tidak tulis tangan atau mesin tik* untuk membuat silabus, PROTA, PROSEM, RPP/SP sampai perangkat pembelajaran.

Mulai belajar ngetik menggunakan Ms. Word. Yang sudah bisa mengetik, mulai belajar Ms. Powerpoint untuk presentasi bahan ajar. Bahkan membiasakan diri jalan2 ke dunia maya agar mendapatkan informasi yang lebih akurat n terbaru.

Guru2 yang sebagian besar di atas 40 thn, dengan perjuangan mulai membelai mouse, masih malu2 menekan mouse tapi begitu sudah terbiasa tidak mau melepaskan mouse. Ingin meng-klik, drag-drop dengan gerak tubuh yang juga mengikuti arah kursor. Ada lagi yang begitu bahagia bisa membuat animasi menggunakan Ms. Power Point. Ada gambar bergerak2, kata2 bergeser dari kiri-kanan-atas-bawah. Atau huruf2 yang jatuh satu per satu dari atas, hingga membentuk kalimat. Lain lagi yang sudah bisa mengetik lalu belajar internet. Mulai buat email, browsing untuk bahan ajar serta chatting untuk saling berbagi informasi. Saya berusaha untuk ”meracuni” guru2 untuk ng-Blog sehingga nantinya banyak yang menemani saya sebagai guru Go Blog dari Pontianak. Insya Allah...

Saya cerita begini bukan untuk ditertawakan tapi mari kita lihat sisi positifnya yaitu semangat belajar para guru dalam upaya memperbaiki diri sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi anak didiknya. Saya salut dengan mereka yang masih terus belajar diusia senja.

Never old to learn.

Wallahu’alam

Saturday, July 26, 2008

Dunia Guru


Dunia guru memang menarik untuk dikaji. Ruang geraknya tidak terbatas dalam kelas. Atau tidak hanya berfokus pada persiapan mengajar, buku pelajaran, absensi siswa, daftar nilai dan sebagainya. Dunia guru tidak sebatas itu, tetapi pada interaksinyaterhadap peserta didik, pembelajaran dan dirinya sendiri.

Apakah pada zaman ini menjadi guru masih dihayati sebagai panggilan mulia atau hanya mengejar menjadi professional saja? Kesadaran inilah yang patut direfleksikan dan direnungkan.

Dunia guru dapat diartikan secara luas, tetapi saya membahas pada tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah tanggung jawab guru terhadap murid, pembelajaran dan dirinya sendiri.

Sikap guru terhadap murid menjadi citra tersendiri bagi murid dan masyarakat. Muncul kecenderungan ada yang positif dan negatif dalam cara mengajar. Apalagi dalam berinteraksi dengan murid, seorang guru tidak pernah bebas dari nilai, konsep diri dan keyakinan yang dianut. Namun demikian semua itu demi untuk memajukan peserta didik.

Sikap guru dalam proses pembelajaran seringkali tereduksi pada keyakinan bahwa pengetahuan itu merupakan kebenaran. Guru hanya menuntut peserta didiknya menghafal jawaban tunggal dan faktual dari setiap pertanyaan di dalam kelas. Guru dengan tingkat konseptual yang rendah, cenderung otoriter daripada yang tingkat konseptualnya tinggi. Sebuah riset menunjukkan bahwa 80%, waktu tatap muka di depan kelas, guru hanya berbicara satu arah. Kalaupun murid diberik kesempatan berbicara, itu sebatas menjawab pertanyaan dengan satu jawaban faktual saja.

Seorang guru bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Dalam proses interkasi dengan peserta didik dan pembelajaran di dalam kelas, guru dapat melakukan intropeksi diri dan refleksi atas apa yang telah terjadi. Intropeksi dan refleksi itu akan menyadarkan guru supaya semakin mencintai tugasnya menjadi guru. Artinya dapat membantu guru meningkatkan kualitas diri (kepribadian) selain kualitas teknis.

Ketiga tanggung jawab tersebut menghantarkannya menjadi seorang guru yang handal. Kehandalan menuntut seorang guru tidak pernah berhenti belajar. Hal itu karena guru tahu akan dunianya, tanggung jawab atas pilihannya dan mencintai tugasnya. Kesadaran itu membuat seorang guru menjadi sangat efektif dan kreatif.

Kadang sekian tahun berjalan seorang guru tak pernah menyadari apa salah san dosanya. Kalau mau jujur, kesalahan dan dosa yang paling besar yaitu tampil membosankan di depan kelas. Karena hal yang rutin, maka anggapan itu angin lalu. Ia berbicara dengan nada yang pelan, tanpa ada semangat, wajah kurang ceria dan cepat marah. Atau juga masuk kelas dengan muka masam.

Memang ada faktor internal dan eksternal. Namun, sebagian guru tidak tahu lagi dimaan dunia dia berpijak dan tanggung jawabnya. Dunia dan tanggung jawab guru prioritasnya pada memanusiakan manusia. Itu berarti guru memberi kesaksian dalam kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Perlu daya kritis dan etis untuk menempatkan diri dimana dia berpijak. Itu terjadi bila guru belajar melek terhadap teknologi dan informasi mutakhir sehingga lebih percaya diri dan tidak diperdayai.

Guru pun rajin membaca dan menulis jika tidak wawasan menjadi kerdil sehingga dunia kelas menjadi kering. Tawaran seperti seminar, pelatihan dan lokakarya san sebagainya tidak semata demi sertifikasi. Dan pad akhirnya guru perlu merefleksi dunia dan tanggung jawabnya sebab kesalahan dan dosa yang ditanamkan pada peserta didik akan berakibat turun temurun. Yang tahu itu semua hanyalah hati nurani guru itu sendiri.

Wallahu’alam.